Rekomendasi Film Dua Garis Biru

Rekomendasi Film Dua Garis Biru

Film Dua Garis Biru sudah meraih lebih dari dua juta penonton selama tayang di bioskop. Film yang disutradarai oleh Gina S Noer ini dibintangi oleh Angga Yunanda yang memerankan tokoh utama bernama Bima. Ada juga Zara Adhisthy sebagai Dara dan pemain lainnya seperti Cut Mini, Dwi Sasono, Lulu Tobing, Arswendy Bening Swara, Rachel Amanda, Maisha Kanna, Shakira Jasmine serta Ligwina Hananto menambah keseruan Dua Garis Biru.
Film ini bercerita tentang sosok Bima, anak remaja yang duduk dibangku SMA dan memiliki banyak sahabat. Dia hidup di lingkungan keluarga yang damai dan saling mendukung.
Namun, dalam perjalanannya, Bima dan pacaranya Dara kebablasan. Dara pun hamil. Mereka dihantui rasa takut dan berniat untuk menggugurkan kandungannya.
Saat pelajaran olahraga Dara tidak sengaja keceplosan dan menyebutkan bahwa dirinya memilki bayi dalam perutnya. Hal ini membuat siswa dan gurunya kaget. PIhak sekolah pun memanggil kedua orang tua Bima dan Dara ke sekolah. Pada scene ini lah emosi pemain dan penonton mulai dimainkan.
Kedua orang tua Bima dan Dara tidak tahu harus berbuat apa selain kecewa dengan apa yang mereka lakukan. Dan Bima harus bertanggung jawab dengan semua yang sudah dilakukan.
Berjalannya waktu kedua orang tua Bima dan Dara mulai menerima keadaan walau pun masih merasa sangat kecewa. Hingga akhirnya Bima dan Dara memutuskan untuk menikah di usia muda.
Bima bekerja di tempat ayah Dara untuk menambah biaya persalinan. Emosi pemain dan penonton dimainkan kembali saat Bima sibuk bermain game di ponselnya seperti remaja pada umumnya. Padahal Dara yang sedang hamil sensitif perilaku Bima. Terjadilah pertengkaran kecil yang membuat keduanya harus pisah rumah untuk sementara.
Bima dan Dara bertahan sampai bayi dalam dalam kandungan lahir. Namun, kesedihan masih menyelimuti Dara ketika rahim Dara harus diangkat karena ada masalah dirahimnya dan membuat orang tua Dara merasakan kesedihan untuk kesekian kalinya.
Film ini meraih penghargaan pada Festival Film Bandung sebagai film terpuji, skenario terpuji dan penata artistik terpuji serta ditayangkan di luar negeri.


                                        

 Review Film Dua Garis Biru

Karena pada akhirnya semua hanya perkara waktu.
Merajut kebersamaan ketika dalam keadaan tidak siap memang menimbulkan risiko. Tanyakan saja itu pada Dara (Zara) dan Bima (Angga). Ketika sedang sayang-sayangnya, mereka bukan ditinggalkan. Namun, dituntut pada hubungan yang lebih serius, Semuanya bermula dari Dua Garis Biru yang ditunjukkan Dara pada Bima.
Sebuah pernikahan yang terlalu dini. Salahkah mereka? Mungkin saja iya, pun tidak. Tuhan tentunya tidak pernah menentang orang yang sedang berjodoh. Dara dan Bima adalah dua sosok itu. Hanya saja prosesnya berbeda. Terlalu dini bagi keduanya untuk merajut cinta dan berperan sebagai sosok yang sudah dewasa.
Padahal keduanya, hanyalah remaja biasa yang seharusnya berada pada status “cinta monyet”. Ada pertentangan, tanya dan cinta di sini. Siapkan Dara dan Bima berada dalam posisi dua orang dewasa yang berjodoh, menikah, dan memiliki buah hati di usia yang muda?
Hal ini masih ditambah lagi dengan sikap orang tua mereka yang memang menyatakan bahwa menjadi orang tua adalah hal yang tidak mudah. Sikap orang tua Dara dan Bima yang semulanya meninggi, kemudian mereda. Karena, toh padahal nantinya kedua anak mereka akan pergi dan lepas dari pengawasan mereka.
Anggapan bahwa film ini menjerumuskan seperti yang sebelumnya pernah dituduhkan, agaknya terbantahkan dengan kesuksesan film ini lewat respon positif pada pemutaran hari pertamanya. Tema yang diangkat dalam film ini nyatanya berasal dari masalah yang kerap terjadi dan dekat dengan kehidupan kita, yaitu pernikahan dini, yang membutuhkan perhatian untuk disimak sebagai jalan menuntaskan persoalan.
Film ini dibuka dengan cerita tentang hubungan Dara (Zara JKT48) dan Bima (Angga Yunanda), yang berani melanggar batas hubungan remaja sebab gejolak asmara kawula muda, dan berakhir pada pernikahan dini sebagai bentuk tanggung jawab mereka.
Konflik dalam film debut sutradara Gina S. Noer ini dihadirkan dengan tidak sembrono, sewajarnya sesuai dengan apa yang terjadi di tengah-tengah masyarakat hari ini.
Rekomen banget buat remaja-remaja yang baru puber, dari film ini bisa ada gambaran gimana efek free sex ga cuma buat pribadi aja, tapi bisa ke keluarga dan masyarakat juga. Terimakasih buat saudara Gina S. Noer, Filmnya sangat bagus. 
Sex education yang sedari dulu menjadi hal yang ditabukan oleh sebagian besar masyarakat kita, Sudah sepantasnya menjadi pedoman parenting yang baik dan harus di terapkan secara menyeluruh di indondesia,(Selama dapat dipertanggungjawabkan dan disosialisasikan dengan baik), 
Drama dalam film ini dapat menjadi sangat emosional. Terutama ketika cerita sudah mulai mengikutsertakan keluarga dari pihak Dara dan Bima. Film enggak mengelak dari menampilkan betapa ‘kacaunya’ keadaan bisa terjadi jika punya bayi saat kalian masih seumuran Dara dan Bima. Dalam nada tertingginya, film mengangkat pertanyaan seputar standar keberhasilan suatu rumah tangga, seberapa siap seseorang untuk menjadi orangtua. 

Komentar